Menyikapi Bom Bunuh Diri
MENYIKAPI BOM BUNUH DIRI[1]
Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halaby
Segala puji bagi Allah , kita menyanjung-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri serta amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Amma ba’du.
Wahai orang-orang yang beriman, Allah Ta’ala berfirman.
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ ﴿١﴾ إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ ﴿٢﴾ فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ ﴿٣﴾ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Karena kebiasaaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari kesulitan” [Qurais : 1-4]
Ini adalah surat yang sempurna dalam Al-Qur’an dan termasuk surat yang pendek serta termasuk yang paling terakhir dalam mushaf. Meskipun surat ini amat singkat, tapi dia mencakup prinsip-prinsip kehidupan yang Islami, meliputi kaidah-kaidah serta ketentuan-ketentuan syari’at dan tujuannya yaitu persatuan kaum muslimin, kesatuan barisan mereka, beribadah hanya kepada (Allah) Rabb mereka serta tercapainya keamanan mereka.
Demikian firman Allah yang merupakan mukjizat, terkadang dia berupa keyakinan yang ditekankan, kemungkaran yang dibantah, atau kisah yang dipaparkan maupun hukum yang dijelaskan.
Adapun firman Allah : ( لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ ) maka maknanya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah : “Persatuan dan kebersamaan mereka dalam negeri mereka yang tenteram dan aman”.
Persatuan dan kesatuan inilah yang merupakan semulia-mulia tujuan syari’at Allah sebagaimana yang tecantum dalam firman Allah.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” [Ali-Imran/3 : 103]
Dan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ
“Tangan Allah bersama jama’ah”
Dan sabda beliau pula.
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Jama’ah/persatuan itu rahmat dan perpecahan itu adzab”.
Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya prinsip yang pokok ini (persatuan dan kesatuan) lenyap ditelan semangat buta dari segelintir manusia yang (hakekatnya) memusuhi diri mereka sendiri, lupa akan jati diri mereka dan memakai pakaian Islam sedang mereka jauh dari Islam. Mereka berbicara atas nama syariat sedangkan mereka bodoh akan syariat. Mereka merusakan (Islam) sedangkan mereka mengira telah memperbaikinya. Allah Ta’ala berfirman.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah : Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” [Al-Kahfi/18 : 103-104]
Berdalil dengan ayat ini sangatlah sesuai dengan kaidah ilmiah yang berbunyi “Mengambil ibrah dari keumuman lafadh bukan dari kekhususan sebab turunnya (ayat)”.
Adapun firman Allah dalam surat Quraisy ayat 1-2, maka terkandung didalamnya makna kesinambungan dan tetapnya (persatuan serta keamanan) di negeri yang beriman. Persatuan dan kesatuan merupakan dua hal yang luar biasa terjadi pada sekelompok manusia yang dahulunya dalam keadaan terhina, bercerai-berai dan minoritas tapi kemudian mereka berubah menjadi mulia, bersatu dan mayoritas. Tidaklah hal tersebut terjadi melainkan dengan sebab kesungguhan mereka dalam memegang kebenaran agama ini.
Surat ini (Quraisy) dimulai dengan “laam ta’ajjub” (hurup lam yang berfungsi menunjukkan sesuatu yang menakjubkan) “li’iilaa fii quraiisy” untuk menunjukkan kepada para pendengar dan menjelaskan kepada para pembaca akan suatu hal yang terkadang sulit dipahami dan susah dimengerti. Seolah-olah Allah Ta’ala mengatakan : “Terheran-heranlah kalian akan perkara orang-orang Quraisy dan akan nikmat-Ku kepada mereka. Bagaimana keadaan mereka dahulu dan bagaimana keadaan mereka sekarang!!”.
Prinsip yang kedua ini (keamanan) juga sirna oleh orang-orang bodoh yang berlagak pintar, para pengacau dan orang-orang yang ekstrim seperti keadaan yang pertama yang dilupakan dan dibumi hanguskan.
Tidaklah yang mendorong mereka kepada perbuatan (keji dan bengis) itu melainkan karena sebab kebodohan terhadap syari’at dan menyimpangnya mereka dari jalannya para ulama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Diantara tanda-tanda hari kiamat adalah dituntutnya ilmu dari orang-orang ingusan”.
Mereka ingusan dalam umur dan pengetahuan, sebagaimana yang disabdakan Nabi dalam hadits yang lain : “Anak-anak ingusan yang kurang akalnya (bodoh)”.
Dan sungguh benar Nabi kiita Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bersabda : “Sebelum datangnya hari kiamat akan tampak tahun-tahun yang menipu, orang-orang yang berdusta dibenarkan sedang orang yang jujur didustakan. Dan akan muncul Ar-Ruwaibidhoh”. Para sahabat bertanya : “Siapa Ar-Ruwaibidhoh itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Orang yang bodoh yang berani bicara tentang umat”.
Demi Allah, sesungguhnya mereka [2] adalah orang-orang bodoh yang ekstrim yang telah menyibukkan orang banyak. Mereka berani berbicara tentang perkara besar sedangkan mereka bodoh akan ilmu agama meskipun mudah.
Sesungguhnya berkata tentang (agama) Allah tanpa ilmu termasuk sebesar-besarnya dosa. Sebagaimana yang difirmankan oleh-Nya.
“Katakanlah : Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui” [Al-A’raf/7 : 33]
Dan juga firman-Nya.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” [An-Nahl/16 : 116]
Di dalam ayat yang pertama tadi Allah mensejajarkan antara berkata terhadap (agama) Allah tanpa ilmu dengan kesyirikan. Dan di dalam ayat kedua Allah menjadikan penghalalan dan pengharaman tanpa ilmu termasuk berdusta atas nama Allah.
Maka jauhilah kedua hal jelek diatas yang telah terjerumus kedalamnya orang-orang bodoh yang berlagak pintar tanpa ada rasa takut kepada Allah maupun rasa malu kepada para hamba-hamba-Nya. Mereka dengan kebodohannya sangat berani berbicara tentang (pertumpahan) darah kemudian mereka wujudkan ucapan mereka yang rusak itu kedalam realita (perbuatan) yang lebih rusak lagi dengan menumpahkan darah (kaum muslimin), menimbulkan bencana, fitnah dan musibah. Semua itu mereka lakukan dengan nama jihad, dakwah dan dengan symbol amar ma’ruf nahi munkar.
Bahkan perbuatan mereka yang merusak itu merupakan sebab utama bagi musuh-musuh Islam untuk menguasai umat dan merampas harta kekayaan serta menekan mereka. Terlebih lagi merekalah yang menyebabkan Islam dianggap teroris dan orang-orang yang shalih dituduh ekstrim. Tapi mereka tidak sadar dan tidak mau memperhitungkan kesesatan dan kerusakan yang mereka timbulkan. Demi Allah, inilah musibah terbesar dan bencana yang agung. Oleh karena inilah, kita berbicara, bersemangat dalam menjelaskan dan berdialog. Dan kita senantiasa akan berusaha untuk mejelaskan Islam yang murni dan hukum-hukum Islam yang bersih.
Adapun hukum perbuatan mereka (pelaku bom bunuh diri) dari kedhaliman yang besar maka amatlah jelas melebihi jelasnya matahari di siang bolong dan tidak tersembunyi bagi siapa saja.
Wahai orang-orang yang beriman, tidaklah kejadian yang mengerikan dan tragedi yang mengenaskan yang terjadi di negeri kita yang diberkahi ini beberapa saat yang lalu, yang menjadikan hati-hati yang suci meleleh dan mata yang kasih sayang mencucurkan air mata melainkan sebagai bukti akan hakekat dan jati diri orang-orang bodoh, ekstrim serta sesat dan merusak itu. Jika mereka melakukan semua itu dengan nama agama maka demi Allah, Islam berlepas diri dari mereka.
Kita sering mendengar dari ulama Rabaniyyin peringatan demi peringatan akan bahaya besar ini. Demikian itu sejak seperempat abad yang lalu atau lebih, karena memang para ulama senantiasa mengetahui kebenaran dan mengasihi makhluk. Berinjak dari (petunjuk) ulama-ulama kita itulah -rahimahullah- ditulis buku “Shoihatu Nadhir wa Shorkhotu Tadzkir” agar para ekstrimis mau kembali kepada kebenaran dan meninggalkan kebatilan.
Karena mereka orang-orang bodoh itu hanya mengira-ngira dan penuh dengan keraguan, mereka mengucapkan (tuduhan-tuduhan) dengan lisan mereka dari noda hati-hati mereka. Mereka menuduh mayoritas umat dalam kesesatan yang nyata dan para penguasa (pemerintah) dengan kekafiran serta menuduh para ulama dengan tuduhan-tuduhan yang keji. Demi Allah, ucapan-ucapan (tuduhan-tuduhan) ini seandainya dibalikan kepada mereka (orang-orang bodoh) itu amatlah sesuai.
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ucapan-ucapan pembesar ulama kita -rahimahullah- didasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta jalannya para sahabat dan tabi’in -radhiyallahu anhum-. Ucapan-ucapan mereka merupakan garis bagi setiap orang bahkan dia merupakan pondasi sejak dahulu dalam memperingatkan umat akan bahaya pengkafiran serta akibatnya seperti pembunuhan, pengrusakan, pertumpahan darah dan peledakan. Ucapan-ucapan mereka tersebut sering didengungkan pada setiap waktu dan tempat.
Sebagian ulama kita yang telah disepakati akan keilmuan dan kedudukannya sekitar 10 tahun yang lalu telah berkata [3] : “Tergesa-gesa dalam pengkafiran amatlah berbahaya terlebih lagi banyak dampak negatif yang ditimbulkannya dari pertumpahan darah, pencabik-cabikan kehormatan, perampasan harta, peledakan sarana transportasi dan gedung-gedung serta perusakan fasilitas umum.
Perbuatan-perbuatan seperti ini diharamkan dalam syari’at menurut ijma’ kaum muslimin, karena didalamnya terdapat perusakan terhadap kehormatan jiwa yang tidak bersalah, perampasan harta maupun pengacauan terhadap keamanan dan ketentraman manusia serta penghancuran terhadap fasilitas umum yang amat dibutuhkan manusia. Padahal Islam berlepas diri dari keyakinan yang rusak ini.
Dan apa yang terjadi disebagian Negara dan penumpahan darah orang-orang yang tidak bersalah, peledakan gedung-gedung dan sarana transportasi serta fasilitas umum maupun pribadi termasuk perbuatan keji yang Islam berlepas diri dari hal itu.
Demikian pula setiap muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir berlepas diri darinya. Semua itu hanyalah perbuatan orang-orang yang menyimpang dan yang memiliki aqidah sesat. Dialah yang menanggung dosa dan kejahatannya. Janganlah dia mengkaitkan perbuatannya kepada Islam atau kaum muslimin yang medapat petunjuk yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Yang mereka lakukan hanyalah murni pengrusakan dan kejahatan yang tidak direstui oleh syari’at maupun fitrah. Oleh karena itu, syari’at Islam mengharamkan perbuatan tersebut dan memperingatkan para pelakunya”.
Sebagai penutup (khutbah yang pertama) saya katakan : Sungguh sesuai apa yang dikatakan oleh para ulama sejak bertahun-tahun yang lalu dengan apa (yang dilakukan) oleh para tukang pengkafiran yang menyimpang, bodoh lagi tersesat : “Tidaklah mereka menolong Islam ataupun menghancurkan kekafiran. Tidakkah mereka merenungi, berfikir dan berhenti dari kesesatan mereka”.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang telah berfirman : “Tidaklah kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pemberi petunjuk dan amanah yang telah bersabda : “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang diberi petunjuk”. Amma ba’du.
Sesungguhnya penutup surat Quraisy ini datang sebagai penyempurna awalnya : Didalamnya terdapat banyak anjuran untuk selalu menjaga nikmat serta menjaga kesinambungannya.
Allah Ta’ala mengarahkan hamba-hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat dan anugerah-Nya yang banyak lewat firman-Nya :
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah)”.
Karena Allah Ta’ala telah menyebutkan keutamaan-Nya kepada para hamba dan Dialah pencipta mereka. :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
”Dan tidaklah nikmat itu diberikan kepada kalian melainkan dari Allah”,
Dan Allah berfirman :
“Dan jika kalian ingin menghitung nikmat Allah sesungguhnya kalian tidak akan bisa menghitungnya”.
Bagaimana cara untuk menjaga nikmat-nikmat itu? Jalan manakah yang bisa ditempuh ?
Allah Ta’ala berfirman.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” [Ibrahim/14 : 7]
Beribadah kepada Allah dengan benar, mentauhidkan-Nya, belajar ilmu agama, menghidupkan sunnah serta mengamalkan hukum-hukum Islam termasuk sebesar-besarnya cara untuk menjaga nikmat-nikmat tersebut dan sebab bertambahnya nikmat. Kemudian dalam akhir surat tersebut Allah menjelaskan tentang diri-Nya yang Maha Tinggi dan Suci agar mereka sadar dan mengakui keutamaan-keutamaan-Nya.
“Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”
Allah Ta’ala mengaitkan beribadah kepada-Nya dengan ketentraman dan keamanan seperti dalam firman-Nya.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” [Al-An’am/6 : 82]
Keamanan merupakan nikmat dan anugerah Allah kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman kepada-Nya.
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya keamanan amat berkaitan erat dengan keimanan dan keduanya merupakan nikmat terbesar dari nikmat-nikmat Allah Yang Maha Penyayang. Berusaha mencapai keduanya merupakan tujuan utama syari’ah yang mulia ini dan suatu prinsip agama.
Adapun alasan bodoh yang selalu dilontarkan oleh para pembela (pelaku bom bunuh diri dan pengkafiran) untuk melegalkan kesesatan mereka dan meridhai kejahatan mereka dengan mengatakan bahwa mereka (para pelaku bom bunuh diri atau yang semisalnya) secara asal hanya menginginkan membantai orang-orang kafir, tapi, kaum muslimin yang ikut terbunuh hanyalah korban resiko perjuangan (Tatarrus). Sungguh -Demi Allah- ini termasuk sebesar-besarnya kebodohan, kedhaliman dan kekejian.
Orang-orang kafir apabila masuk ke negeri kaum muslimin dengan perjanjian damai dan ijin (dari pemerintah, -pent) maka mereka memiliki hak-hak untuk dilindungi seperti kaum muslimin tanpa ada perbedaan. Bahkan Nabi Muhammad telah memperingatkan (kita) dari menyelisihi hukum syari’at ini dengan bahasa arab yang jelas :
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membunuh Mu’aahid maka dia tidak akan mencium bau surga” [HR Bukhari]
Mu’aahid adalah orang kafir yang diberi jaminan dan keamanan (oleh pemerintah) di negeri kaum muslimin.
Adapun alasan tatarrus yang mereka dengungkan maka amatlah berbeda gambaran (praktek)nya dengan apa yang dijelaskan oleh para ulama. At-Tatarrus yang mereka dengungkan hanyalah mengakibatkan terbunuhnya orang tua, para wanita dan anak kecil yang tidak berdosa.
Tatarrus yang (diperbolehkan) dalam syari’at dilakukan oleh prajurit yang dalam keadaan amat darurat (terpaksa), bukan memilih-milih sasaran dan mencari targetnya. : “Ketahuilah, mereka telah terjerumus kedalam fitnah”
Maka bertakwalah kepada Allah manusia-manusia yang bodoh itu, mereka tidak tahu kebenaran dan tidak mau menjauhi kebatilan. Bahkan mereka mendukung dan menolong kebatilan, serta para da’i-da’inya.
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara perkara yang mudah aku mengatakan diatas mimbar ini : “Bahwasanya apa yang terjadi kemarin di Amman dari peledakan, pengrusakan, pembunuhan, pengacauan terhadap stabilitas keamanan, pencabik-cabikan terhadap kehormatan agama dan keimanan adalah suatu kemungkaran berat yang tidak pernah direstui syari’at ataupun didukung akal (sehat). Hal tersebut juga tidak menghasilkan maslahat dan tidak bisa diterima oleh hati maupun disetujui oleh orang yang masih mau berfikir. Terlebih lagi, kekejian itu dilakukan dengan curang, makar dan tidak jantan, dibalik dinding yang tidak disepakati oleh tabiat yang lurus terlebih akhlak Islamiyyah !!.
Pada hakekatnya apa yang mereka lakukan itu lebih dahsyat dari pada semua itu. Perbuatan keji tersebut adalah bentuk kecurangan yang besar yang merubah kegembiraan menjadi kesengsaraan, salam suka cita menjadi duka cita, senyuman menjadi tangisan, obat menjadi penyakit, penawar menjadi musibah, bunga mawar menjadi darah dan tubuh menjadi berserakan.
Aku tidak bisa mengerti, apakah tempat (hotel) yang menjadi sasaran kelompok sesat dan menyimpang ini adalah medan jihad dan markas para musuh? Ataukah tempat bersuka cita, menyambung tali kekeluargaan dan silaturahmi serta bertukar kegembiraan ? Demi Allah, sesungguhnya pelaku kekejian ini dan yang ada di belakang mereka -siapapun orangnya- dan dengan tujuan apa saja dia adalah penjahat licik, yang hina lagi pembuat fitnah, yang tidak mau memelihara (hubungan) kekerabatan terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian serta tidak mau memperdulikan hak-hak masyarakat dan umat Islam.
Sesunguhnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberi Raja dan Pemimpin kita petunjuk serta dihiaskan kepada mereka petunjuk dan ketakwaan kepada-Nya agar mereka senantiasa menjelaskan kepada dunia akan hakekat Islam sebenarnya dan sikap lurus Islam serta berlepasnya Islam dari perbuatan para ekstrimis/teroris yang keji itu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ
“Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka berarti dia tidak bersyukur kepada Allah”.
Maka, kita tujukan rasa syukur ini kepada Raja kita, -semoga Allah membalas segala kebaikannya dan menambah kepadanya keutamaan serta kebaikan-Nya- yang telah bekerja keras dalam menjaga (Islam dan negeri ini, -pent).
Dan tidaklah pengarahan Raja kita (yang berjudul risalah Amman) dalam menjelaskan ajaran Islam yang lurus, yang dijelaskan oleh beliau lebih dari setahun yang lalu melainkan bukti yang nyata akan bangganya beliau dengan ajaran ini serta kemurnian dan keindahannya serta semangatnya sehingga mengharuskan kita mentaatinya didalam hal yang benar dan dalam kebaikan.
Dan aku ingatkan mereka (para pelaku bom bunuh diri dan jaringannya) dengan (adzab) Allah Rabb semesta alam jika memang mereka orang-orang yang beriman dan bertauhid kepada Allah serta hukum-hukum-Nya jika mereka memang patuh dan tunduk kepada-Nya. Aku jelaskan kepada mereka apa yang mereka tidak mengerti.
Yang demikian itu agar mereka takut kepada Allah, berhenti dari perbuatan mungkar mereka dan semoga Allah menyelamatkan kaum muslimin dan negeri mereka dari kejahatan (para teroris). Dan hendaknya mereka kembali kepada kebenaran serta merahmati manusia dari pada mereka menyebarkan keonaran ditengah kaum muslimin maupun di dunia ini dengan nama Islam sedangkan Islam berlepas diri darinya. Inilah hukum Allah dan syariat-Nya bukan hawa nafsu ataupun ketenaran dan bukan pula kebodohan serta semangat yang merusak.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kami hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [An-Nisa/4 : 65]
Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung untuk memberi hidayah kepada mereka yang tersesat atau memberi sanksi/adzab kepada mereka serta menyelamatkan umat dari kejahatan dan kejelekan mereka agar menjadi pelajaran bagi yang menginginkan kebaikan serta menjadi sebab kembalinya orang-orang yang tertipu dengan mereka (kepada kebenaran). Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan (do’a). Dan kita mohon juga kepada Allah Ta’ala untuk menjauhkan negeri kita dan negeri kaum muslimin dari fitnah, bencana yang tampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Kuasa atas segala hal itu. Inilah negeriku dan Dialah yang menjaganya dengan keamanan dan keimanan. Para penyesat dan ekstrim itu berada di halamannya akan tetapi mereka tidak akan bisa abadi. Semoga shalawat dan salam serta keberkahan tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan semua sahabatnya.
[Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 17 Th. IV/Dzulqa’dah 1426H, Desmber 2005M, Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Perpustakaan Bahasa Arab Ma’had Ali-Al-Irsyad, Jl Sultan Iskandar Muda Surabaya]
_______
Footnote
[1]. Ini adalah khutbah Jum’at Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halaby Al-Atsary –hafidhohullah- di Masjid Al-Hasyimiyyah Yordania pada tanggal 11-11-2005 yang dihadiri oleh Raja Yordania dan merupakan undangan resmi Negara.
[2]. Para pelaku bom bunuh diri dan yang semisal dengan mereka (pent)
[3]. Yaitu ulama (Lajnah Daimah) di Saudi Arabia dibawah kepemimpinan Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah pada 2/4/1419H
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/2491-menyikapi-bom-bunuh-diri.html